Kamis, 24 September 2015

Fakta Bisnis Pallet, Untung Tidak Main-main


JAKARTA – Secara kasat mata pallet kayu, atau bantalan pengiriman barang ekspor impor, adalah barang yang tidak bernilai. Meski hanya sebuah bantalan pengiriman barang, namun siapa sangka barang ini bisa mendatangkan omzet miliaran rupiah.

Pallet kayu merupakan susunan kayu yang digunakan menjadi alas sebuah barang. Pallet kayu juga bisa dibentuk untuk peti kemas pengiriman barang. Biasanya pallet kayu banyak dicari oleh pelaku usaha agar barang yang akan dikirim tidak rusak selama perjalanan.

Peluang usaha inilah yang dilihat CEO PT Damar Esa Gemilang, Yati Sastrawati. Awalnya dia hanya bantu-bantu menjalankan usaha sang kakak di bidang yang sama pada 2005. Modal yang dibutuhkan kala itu senilai Rp200 juta.

Lama kelamaan Yati tertarik untuk terjun langsung mendirikan usaha palletnya sendiri. Berkat ketekunan dan kesungguhan, impiannya pun menjadi kenyataan. Perusahaan Damar Esa Gemilang terus berkembang pesat. "Sejak tahun 2010 saya mengelolanya sendiri," ujar Yati kepada Okezone, Minggu (11/1/2015).

Alumni STIE Indonesia ini mengaku, meski sudah memiliki pengalaman bersama sang kakak namun untuk menjalankan bisnis pallet ini secara mandiri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, persaingan di antara pengusaha pallet kayu cukup ketat.

Dia bercerita pernah memiliki pengalaman buruk dalam menjalankan usahanya. "Pernah kita berurusan dengan salah satu perusahaan, tapi kita kalah saing karena ada pihak yang bermain. Kalau sudah begitu bagaimana? Kita cuma mau main sehat," tegasnya.

Yati menambahkan, untuk menghadapi persaingan yang tidak sehat. Pihaknya hanya akan melepas produk pada perusahaan yang melakukan proses tender secara sehat. Selain itu, terus berusaha mempertahankan kualitas pallet kayu. Karena jika kualitas baik, maka pelanggan akan puas.

Dalam menjalankan usahanya, Yati berusaha menggunakan kayu berkualitas legal logging. Artinya kayu yang digunakan bertanggung jawab dalam kelestarian hutan. Kayunya pun diolah melalui proses fumigasi sehingga tidak mengandung hama sesuai dengan standar food grade.

Tidak hanya itu, Yati juga menerapkan disiplin yang tinggi bagi karyawannya dalam memproduksi pallet kayu. Mesin untuk memproduksi kemasan kayu, seperti alat potong, alat serut, hingga mesin paku tembak (coil nail) diperhatikan secara detail oleh Yati. Pemotongan kayu pallet juga diukur secara rinci agar sesuai pesanan. Tujuannya agar ukuran pallet dan barang yang akan dikirim bisa sesuai. Dengan begitu barang kiriman pelanggan akan aman.

Proses produksi berstandar itu dilakukan agar produknya bisa mengikuti standar Departemen Pertanian dan Badan Karantina, yang ditetapkan dalam kebijakan International Standard Phytosanitary Measures.

Karena kualitas itulah pelanggan memilih pallet kayu produksi Yati. Dalam laman Facebook Damar Esa Gemiliang, tercatat sejumlah nama perusahaan besar menjadi kliennya, salah satunya perusahaan makanan dan minuman PT Garuda Food.

Kendati usahanya baru berjalan empat tahun, namun Yati bisa mengantongi omzet cukup menjanjikan. "Tahun kemarin omzet penjualan kita capai Rp1,2 miliar. Berharap ke depannya bisa lebih lagi, soalnya kalau pallet tergantung kegiatan ekspor di pasaran. Kalau ekspornya lagi meningkat ya pemesanan pallet kita meningkat, begitu juga sebaliknya," tandasnya.

Lika-liku Usaha Pallet Kayu

Tidak hanya geliat ekspor yang mempengaruhi pesanan pallet kayu, musim hujan pada periode Oktober-Januari juga menjadi masalah yang cukup berat bagi para pelaku usaha pallet kayu. Pasalnya, musim hujan akan mempengaruhi kualitas kayu. "Pengirimannya ke darat akan terganggu dan kualitas kayu juga jadi menurun," ujar Yati.

Dia menjelaskan, bahan baku pallet berasal dari kayu pohon berbuah, seperti pohon rambutan. Untuk mendapatkan suplai kayu, dia mendapatkan dari wilayah Jonggol, Banjarnegara, Sukabumi, hingga Tasikmalaya.

Untuk harga pembelian kayu dari pihak penggeser (distributor kayu) kayu dibeli seharga Rp1,1 juta hingga Rp1,3 juta per kubik. Biasanya kliennya memesan pallet kayu dalam jumlah yang cukup banyak dalam sekali order, yakni sekira 1.500 pallet kayu. Dari harga tersebut pihaknya akan menjual kembali pallet dalam bentuk jadi.

"Kisaran harga jual pallet kayu baru, kita jual Rp100-250 ribu per pallet. Namun, ada juga pengusaha lain yang jual pallet dari kayu bekas dengan harga yang murah kisaran Rp30-50 ribu. Tapi kualitasnya rendah," tukasnya.

Yati mengisahkan, usaha sektor pallet kayu juga harus mahir dalam memutar uang. Sebab sistem pembayaran biasanya tidak langsung dibayar tunai tergantung siklus invoice masing-masing perusahaan. "Pembayaran invoice itu bisa berjarak empat bulan. Sedangkan, bahan baku kayu baru harus dibayar secara cash," ujar dia.

Sumber : http://economy.okezone.com/read/2015/01/09/320/1090156/pallet-kayu-usaha-bantalan-barang-yang-beromzet-rp1-2-m
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com